Lima Wanita Milenial Yang Menginspirasi Saya


Setelah menjadi seorang Ibu pasti mempunyai kebimbangan, antara menjadi ibu rumah tangga yang fulltime di rumah atau menjadi ibu rumah tangga yang juga berkarir diluar rumah. Saya tentunya pernah mengalami masa-masa kebimbangan ini. Dulu saat hamil saya berniat resign dari pekerjaan setelah anak lahir, mau jadi ibu rumah tangga yang fulltime di rumah saja. Akhirnya saya pun resign dan menjadi ibu rumah tangga yang fulltime di rumah tiga tahun lamanya.

Dulu saya berpikir, buat apa kerja toh kebutuhan udah ditanggung suami. Daripada kerja buat bayar pengasuh. Realitanya?

Sampai saat ini, saya tidak tahu ini keputusan yang tepat atau tidak. Tapi melihat kemampuan dan kapasitas diri, saya rasa ini adalah keputusan terbaik. Karena saya tidak tahu, seberapa banyak waktu saya yang terbuang sia-sia kalau saya gak dikasih amanah buat jadi guru Al-Qur'an. Karena saya menyadari iman saya masih lemah, saya masih belum bisa mengendalikan hawa nafsu. Kalau gak dikasih amanah ini, mungkin waktu-waktu saya sudah habis buat main sosmed, rebahan, dan kegiatan tidak bermanfaat lainnya.

Menjadi guru Al-Quran bukanlah cita-cita saya sejak kecil, hanya saja mengapa Allah selalu mengarahkan jalan hidup saya kesini. Tiap kali saya ingin berbelok ke profesi lain, selalu saja kembali lagi kesini, menjadi guru Al-Qur'an.

Setelah menjalani amanah ini saya selalu didera rasa sedih kalau melihat teman-teman yang fulltime di rumah saja. Saya jadi tambah sedih. Tapi saya pun menjadi guru Al-Qur'an atas ridho suami kan? Ngapain sedih? Hal ini sempat berkecamuk dalam hati dan pikiran saya.

Sampai akhirnya saya mengikuti kajian-kajian Teh Karina Hakman, mengikuti vlognya Oki Setiana Dewi, membaca postingan-postingan Dewi Nur Aisyah, melihat kiprah Ustadzah Rifdah Farnidah dan Ustadzah Nabila Abdul Rahim Bayyan. Mereka adalah empat wanita yang sampai saat ini memotivasi saya untuk terus menjalankan amanah dan peran yang sedang saya emban. Saya jadi semangat dan merasa gak sendirian. Mereka wanita hebat di dalam dan di juga di luar rumah. Mereka tetap bisa berkarya tanpa mengabaikan keluarga yang ada di rumah.

Kalau kata Teh Jayaning Hartami kita harus pinter-pinter pilih bettlefiled. Pada dasarnya manusia memang suka membandingkan, maka bandingkanlah sama orang-orang yang satu bettlefield dengan kita. Maksudnya gimana? Kalau kita ibu rumah tangga yang fulltime di rumah bandingkanlah dengan profesi yang sama, kalau kita ibu rumah tangga yang juga bekerja di luar rumah bandingkanlah dengan profesi yang sama. Karna akan sangat tidak adil dan tidak relevan kalau kita membandingkan dengan profesi yang berbeda.

Fokus pada apa yang bisa kita kendalikan akan jauh lebih baik dan menentramkan hati, daripada terus fokus pada apa yang tidak bisa kita kendalikan.

0 komentar:

Post a Comment