Dibalik Layar Kajian Muslimah Bersama Ustadzah Farhat Naik


Sudah kurang lebih 4 tahun saya berada disini dan baru kali ini merasa sangat deg-degan ketika menjadi panitia sebuah acara. Bukan karena peserta yang banyak atau amanah yang berat, melainkan tamu yang akan datang bukanlah tamu biasa. Istri seorang ulama ahli perbandingan agama, Dr. Zakir Naik, ulama yang telah meng-islam-kan ribuan orang di dunia.

Ketika ditawari menjadi panitia sebetulnya saya masih ragu, namun kesempatan ini tidak boleh disia-siakan begitu saja. Bisa silaturrahim dan menggali ilmu langsung dengan beliau adalah salah satu rezeki dari Allah. Yang membuat saya tambah deg-degan adalah ketika ditunjuk sebagai penanggung jawab pengawalan. Secara garis besar jobdesk nya adalah memastikan Ustadzah Farhat Naik dalam keadaan selamat, aman, dan nyaman dari mulai datang sampai pulang kembali. Spontan yang ada dalam pikiran saya saat itu adalah,
"Ya Allah mampu gak ya.."
"Ya Allah ini menyangkut keselamatan seseorang.."
"Ya Allah gimana kalau diteror.."
Berlebihan banget, ya.

Tapi pasti teman-teman akan merasakan hal yang sama seperti saya. Ditambah muncul pernyataan-pernyataan diluar sana yang.. ah sudahlah tidak perlu saya tuliskan disini. Yang jelas keamanan Ustadzah menjadi hal yang diprioritaskan selama berada di Indonesia.

Kami Forum Muslimah Daarut Tauhiid berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk narasumber dan jamaah. Meski persiapan acara ini bisa dibilang sangat sebentar, sekitar dua minggu saja. Dimana selama dua minggu itu kami harus mengumpulkan minimal 1500 peserta dan persiapan yang lainnya. Atas izin Allah peserta memenuhi kuota bahkan melebihi.

Seluruh panitia dalam kegiatan ini adalah muslimah, hanya untuk beberapa hal teknis kami dibantu oleh tim ikhwan. Dari mulai ketua pelaksana sampai barikade yang menjaga keamanan adalah muslimah. Tak jarang mereka yang terlibat sudah berkeluarga dan memiliki anak. Ternyata muslimah memiliki kapasitas yang kadang tak disadari oleh dirinya sendiri.
"Maka bersinarlah wahai muslimah mulia, dengan beragam prestasi dan keberhasilan yang tertempa. Jangan malu atau ragu untuk menunjukkan kapasitasmu, karena keberhasilan itu, adalah milik mereka yang senantiasa berjuang dan bekerja keras sepanjang waktu. Menebar kebermanfaatan di dunia, merajut amal hingga ke surga…" -Dewi Nur Aisyah
 
Rapat koordinasi Forum Muslimah. Photo by @eps_elhidayah

Sebelum acara dimulai kami briefing dengan panitia pusat untuk membicarakan sekenario acara. Salah satu request panitia adalah NO CAMERA AND NO RECORD. Ya, tidak boleh ada satu jepret gambar pun yang diambil ketika Ustadzah Farhat Naik sudah berada di area Daarut Tauhiid.
Beliau sangat menghindari (baca: anti) difoto, atau dipublikasikan di internet. Silahkan dicek, tidak ada satu publikasi pun yang menampilkan profil seorang Ustadzah Farhat Naik. Ketika saya tanya bagaimana bisa begitu konsisten menjaga tidak ada publikasi di internet. Beliau menjawab, "Saya tidak suka dengan gagasan seperti yang diusung oleh Facebook. Sosial Media seperti FB membuat hijab seorang muslimah berantakan. Muslimah menjadi dengan sebebasnya dilihat/dibaca oleh banyak pihak, termasuk yang bukan mahramnya. Maka meskipun adakalanya saya diwawancara oleh media, maka saya minta mereka tidak menampilkan siapa saya, tapi cukup tampilkan pikiran/pendapat saya saja. Saya ada di whatsapp, tapi tidak di FB, IG, dll." (Dikutip dari resume Teh Thasya http://catatanthasya.wordpress.com)
Menampar dan menohok sekali jawabannya. Semakin merasa tidak ada apa-apanya diri ini :"(

Ustadzah Farhat Naik telah mengisi diskusi publik dalam bahasa Inggris dan Urdu khusus untuk kalangan perempuan di berbagai negara dari berbagai benua di dunia. Di antaranya, Farhat Naik pernah berdakwah di Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, Malaysia, Sri Lanka, Trinidad, Tobago, Maladewa, Mauritius, Ghana, dan Gambia. Di negaranya, India, Farhat menyampaikan ceramah rutin.

Farhat Naik memperoleh gelar masternya (M. Com.) dari University of Poona, India. Sebelum menikah, ia mengajar di Poona College. Kini ia menjabat sebagai Presiden Ladies Wing Islamic Research Foundation, Mumbai. Selain berdakwah, ia juga menerapkan pendidikan Islam pada International Islamic School, Mumbai. Dia juga duta dari IRF Educational Trust, Mumbai.
Dalam dakwahnya, Farhat Naik menyampaikan ajaran Islam tentang perempuan dan praktiknya di seluruh dunia. Sebab perempuan telah menjadi setengah dari populasi manusia dunia serta memiliki peran penting bagi perubahan dunia. Menurutnya, pendidikan dan pemberdayaan para guru merupakan suatu keharusan sehingga akan menghasilkan generasi saleh. Dengan demikian akan tercipta warisan budaya Islami dan menghidupkan kembali sunnah.

Sosok yang sangat menginspirasi muslimah untuk terus belajar, berkarya, dan memaksimalkan peran di keluarga dan masyarakat. Dalam ceramahnya, Ustadzah Farhat Naik, tak hentinya mengingatkan kita akan sosok wanita di sekeliling Rasulullah agar meneladani kebaikan yang ada pada diri para shahabiyah. Menjadikan Allah sebagai satu-satunya sandaran dan tempat kita kembali. Karena dengan begitu hati kita akan selalu damai.
Ustadzah Farhat Naik menutup kajian ini dengan mengatakan:
"Muslimah, temukanlah apa potensi terbaikmu, dan jadilah yang terbaik di bidangnya. Jadikan semua aktivitas kita sebagai sarana untuk terus mendekat pada Allah SWT, sebagai sarana untuk meraih ridhoNya. Dan saat anda meninggalkan majelis ini, buatlah satu resolusi untuk memperbaiki satu saja hal buruk yang pernah anda lakukan-yang hanya diketahui oleh anda dan Allah SWT. Dengan begitu, insya Allah setiap hari anda akan menjadi muslimah yang lebih baik."
Hal lain yang patut saya syukuri adalah bisa bertemu dengan wanita-wanita luar biasa yang turut mensukseskan acara ini. Teh Asiah, koordinator panitia pusat yang ramah dan sabar mengarahkan panitia selama acara berlangsung. Teh Thasya Sugito, translater yang menerjemahkan seluruh isi ceramah Ustadzah Farhat Naik. Kemudian Teh Rasyi, pemandu acara yang lembut tutur dan pembawaannya.

Saya banyak belajar selama terlibat dalam acara ini. Teringat kisah Bangsa Quraisy yang berebut meletakkan hajar aswad. Allah yang menakdirkan bahwa orang yang pertama kali lewat pintu masjid adalah Rasulullah saw. Orang-orang Quraisy pun ridha dengan diri beliau sebagai penentu keputusan dalam permasalahan tersebut. Sebelumnya Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi memberikan saran kepada mereka agar menyerahkan keputusan kepada orang yang pertama kali lewat pintu masjid. Bangsa Quraisy pun menyetujui ide ini.

Kerja yang keras, tim yang kompak, acara yang sukses, semua tidak terlepas dari pertolongan Allah. Bukan manusia yang hebat, tapi Allah yang membuatnya jadi hebat.

Persiapan sebelum acara
Muslimah yang sudah antri penukaran tiket
Nametagnya aja, wajahnya gak perlu :D

Nb: Kami tidak punya dokumentasi full jamaah atau saat narasumber berada diatas stage, karena tidak diperkenankan mengambil gambar atau merekam selama kegiatan berlangsung.

2 comments:

  1. Masha Alah Baarakallah

    ReplyDelete
  2. MasyaAllah jawaban beliau ketika ditanya kenapa tidak mau difoto.

    ReplyDelete