Pengalaman Terkena Covid Varian Omicron

 

Sumber : katadata.co.id

Sudah lama draft ini disimpan dan baru bisa diposting sekarang. Ini juga tulisan pertama setelah cukup lama saya hibernasi dari dunia blog.

Tanggal 22 Maret 2022 saya dan suami melakukan tes antigen dan hasilnya positif covid. Setelah hampir 2 tahun pandemi, kami terkena juga. Entah dari mana dan dari siapa tertularnya, kami belum kepikiran men-trackingnya. Yang kami pikirkan pertama kali adalah bagaimana menyelamatkan anak kami karena di rumah kami hanya tinggal bertiga saja.

Saya langsung telepon Ibu yang tinggal di Cimahi. Tanpa berpikir panjang, Ibu menjemput anak kami dari Cimahi ke Bandung menggunakan ojek online karena kebetulan juga tidak ada yang bisa antar jemput saat itu.

Hal kedua yang kami lakukan adalah menghubungi call center covid 19 di aplikasi peduli lindungi. Kami melakukan telemedcine dengan dokter yang ada disana. Dokter meminta kami menyebutkan gejala apa saja yang dirasakan, kemudian kami diresepkan obat-obatan. Dokter juga menginformasikan bagaimana cara isolasi mandiri di rumah. Obat-obatan yang sudah diresepkan akan dikirmkan via ojek online ke alamat rumah kami. Di kirim dari salah satu apotek yang sudah bekerjasama dengan pemerintah yang lokasinya tidak jauh dari rumah kami.

Sementara pihak puskesmas menghubungi kami via whatsapp untuk memantau bagaimana perkembangan kami. Kami juga langsung menghubungi RT setempat untuk menginformasikan kondisi kami.

Semua kebutuhan sehari-hari kami beli via aplikasi online, termasuk membeli makan, kadang-kadang Ibu mertua juga mengirimi kami makanan. Kebetulan rumah Ibu mertua jaraknya sekitar 3 km.

Gejala awal yang saya rasakan adalah sakit kepala, menggigil, dan pegal linu. Di hari pertama terkena, saat malam harinya saya benar-benar merasakan sakit seluruh badan. Saya dzikir sepanjang malam, takut kalau usia saya tidak panjang. Tiga hari pertama cukup berat untuk dilalui, namun setelah itu kami mulai terbiasa menjalani isolasi mandiri. Sekitar hari ke-7 saya baru mengalami pilek dan sedikit batuk. Padahal di awal-awal tidak merasakan gejala ini. Akhirnya saya beli obat sendiri karena obat yang diresepkan dokter tidak ada obat batuk dan pilek.

Total 13 hari kami menjalani isolasi mandiri. Setelah kondisi tubuh benar-benar fit, kami baru berani beraktivitas lagi keluar rumah.

Catatan : Sudah lama tidak menulis kok tulisannya terasa kaku dan tidak mengalir. Mohon maaf ya :(

0 komentar:

Post a Comment