Tidak Harus Punya


"Gak wajib punya juga kan? Karna apa yang dipunya akan dipertanggung jawabkan. Almarhum Syaikh Ali Jaber aja gak punya rumah loh Tia."

Kalimat itu cukup menampar dan mengingatkan saya, saat itu saya curhat kalau ingin nabung untuk beli rumah. Gak sangka jawabannya seperti itu.

Saya seorang wanita biasa yang pingin merasakan tinggal di rumah sendiri, merdeka dengan kehidupan rumah tangga sendiri, walaupun ngontrak sebetulnya gak masalah. Tapi takdir belum mengizinkan kami untuk pindah dari rumah orangtua.

Memang syukur dan sabar itu silih berganti hadir dalam kehidupan kita. Disisi lain saya harus bersyukur karena masih banyak diluar sana yang hidupnya masih serba kekurangan untuk makan pun sulit, disisi lain saya juga harus bersabar karena masih harus tinggal dengan orangtua atau mertua yang mungkin memiliki visi misi dan kebiasaan berbeda dengan saya.

Kalimat teman saya itu benar-benar jadi pengingat dan penyejuk buat saya. Toh dalam hidup ini tidak ada yang benar-benar kita miliki, semuanya hanya titipan. Anak pun hanya titipan, apalah lagi hanya sebuah benda atau harta yang mudah saja lenyap. Semua milik Allah.

Sebetulnya kalau hidup sudah benar-benar mengenal Allah tak ada lagi yang perlu dibuat galau. Allah tau waktu yang tepat kapan kita harus punya anak, rumah, pekerjaan, anak kedua, dan seterusnya. Kalau saat ini belum dititipi, husnuzon saja karena mungkin kita belum layak mendapatkannya. Karena setiap apa yang Allah titipkan pasti satu paket dengan ujian sabar serta syukurnya.

"Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (QS. Al-An'am ayat 32)

"Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Al-Hadid ayat 20)

Akhirnya satu-satunya penghibur dari segala kesedihan hanyalah ayat-ayat-Nya. Yang selalu punya jawaban dari segala persoalan dan kegundahan manusia. Semoga kita menjadi hamba yang pandai bersyukur dan bersabar.


0 komentar:

Post a Comment