Pendakian Gunung Guntur: 'Si Pendek' Penuh Kejutan


17 personil. 2 orang dari Bekasi, 3 orang dari Sumedang, dan sisanya dari Bandung. Dengan komposisi 7 orang perempuan dan 10 orang laki-laki, kami melakukan pendakian ke Gunung Guntur, Garut. Beberapa orang diantara kami belum saling mengenal sebelumnya dan hanya saling bersapa lewat BBM untuk merencanakan pendakian ini.

Teman kami yang dari Bekasi tiba di basecamp jam 07.00 pagi, sedangkan kami yang dari Bandung berangkat jam 07.00 dengan asumsi perjalanan seitar 3-4 jam. Tapi kenyataannya meleset dari rencana, tiba-tiba aja hari itu Garut lautan plat B dan plat D. Padat merayap, persis seperti antri nonton pertandingan sepak bola di stadion. Sampai di Garut jam 14.00. Betapa merasa bersalahnya kami sama Aisyah dan Wahyu, teman dari Bekasi yang udah nunggu sejak jam 07.00 pagi.

Akhirnya pendakian baru dimulai jam 15.00. Kami siap menaklukan Gunung Guntur yang katanya punya 4 puncak dan katanya juga hanya memiliki ketinggian 2249 mdpl. Kalau lihat dari angka mdpl nya sih masih lebih pendek dari Gunung Papandayan, pemula juga oke lah naik Gunung Guntur mah. Begitu pikirku sebelumnya.

Gunung Guntur memiliki 2 jalur pendakian: jalur Curug Citiis dan jalur php. Kenapa php? Ini sih sebutanku aja karena merasa di-php-in sama puncak yang udah di depan mata tapi terus menjauh ketika dihampiri. Jalur trauma yang bikin aku berpikir dua kali untuk balik lagi ke Guntur.

Jalur pendakian awal melewati bukit-bukit berpasir dan berbatu, kata temanku bukit ini sudah banyak berubah karena terus-menerus dikikis oleh para penambang. Jadi jangan heran kalau disini banyak truk pengangkut pasir dan kerikil. Jangan coba-coba mendaki di siang bolong, selain karena panas yang menyengat, disini juga gak ada pohon atau tempat untuk berteduh. Kemacetan parah tadi ternyata ada untungnya, membawa kami pada pendakian sore hari yang cuacanya cukup teduh. Selama kurang lebih dua jam kami melewati bukit penambang pasir. Pukul 17.30 istirahat sejenak di Curug sambil persiapan sholat maghrib. Gak lupa persiapan bawa air yang banyak, karena setelah ini gak ada sumber air lagi.

Perjuangan yang sebenarnya dimulai, baru seperempat perjalanan aja rasanya udah pingin pasang tenda. Material tanah yang berupa pasir dan bebatuan membuat aku sulit untuk melangkah. Kemiringan gunung yang hanya bisa diukur pakai rumus phytagoras ini, eh apa rumus trigonometri ya? Entahlah, kalau aku pinter matematika pasti masih bertahan jadi programmer, bukan jadi blogger. Pokoknya naik tiga langkah, merosot satu langkah. Naik lima langkah, merosot dua langkah. Begitu seterusnya sampai aku menyerah dan dipaksa naik sampai puncak.

Malam semakin larut, semangatku mulai surut, tapi hidup harus terus berlanjut #apasih. Mau menyerah, gak mungkin pasang tenda di lokasi yang punya kemiringan tanpa ampun ini, mau tendanya menggelinding kayak bola salju? Mau balik lagi, gak mungkin juga udah terlalu jauh. Mau nunggu doraemon bawain pintu kemana saja, ini ngelantur namanya. Satu-satu pilihan yang paling mungkin adalah meneruskan perjalanan sampai puncak.

Sejak memasuki jalur tanpa ampun ini, kami yang semula  berjalan beriringan 17 orang terpisah menjadi beberapa kelompok. Gak masalah gak jalan beriringan yang penting semua sehat dan selamat. Aku sendiri masih terseok-seok merayap sampai puncak, dibantu seorang teman yang untung saja mau berbaik hati membantu aku yang tidak berdaya ini. Da aku mah apa atuh.

Jam 01.00 dini hari, pendakiam belum juga usai. Padahal puncak udah di depan mata loh, udah di depan mata. Tapi kok gak sampe-sampe ya? Makanya aku sebut dia jalur php. Gak lama kemudia setitik cahaya terang dari lampu senter kelap-kelip mengalihkan pendanganku. Sayup-sayup suara teriakan terdengar disana. Rupanya itu beberapa orang temanku yang udah berhasil sampai puncak. Semangatku kembali berpacu untuk berjalan secepat mungkin. Udah gak peduli capek, kerudung berantakan, sepatu dilepas. Ya Tuhan begini amat ya aku ini?

Daaannnnnnn.

Sampailah di puncak satu Gunug Guntur. Bagai Siti Hajar yang menemukan air zam-zam diantara Buki Sofa dan Marwah. Aku langsung menjatuhkan tubuh sejadinya, disambut air hangat yang sudah disiapkan temanku yang tiba lebih dulu. Lalu makan malam, eh makan dini hari lebih tepatnya. Sebagian pasang tenda, sebagian lagi masih nge-galau di depan kompor gas mencari kehangatan. Berharap bisa menemukan kayu bakar disini? Nope. Ini adalah gunung gundul, sejauh mata memandang hanya rumput-rumput jarang, butiran pasir, dan bebatuan. Belum terlihat keindahannya karena masih gelap. Ini baru puncak satu loh, tadi katanya ada berapa puncak? Empat ya, baiklah.

Sepertiga malam yang menakjubkan diatas langit Gunug Guntur dengan purnama dan taburan bintang, cukup mengobati kelelahanku setelah kurang lebih sepuluh jam mendaki. Sambil nunggu teman-teman yang masih tertinggal di bawah, kami memutuskan tidur setelah tenda selesai didirikan apa adanya. Malam yang cukup was-was karena takut terjadi apa-apa pada teman kami yang belum sampai. Tapi alhamdulillah semua baik dan selamat. Paginya kami bangun untuk melaksanakan sholat subuh sambil menunggu sunrise dan kejutan apa lagi yang akan diperlihatkan oleh-Nya.

What a beautiful view!

Ada lautan awan disimi, masya Allah. Rasanya perjuangan merayap-rayap semalam hilang gitu aja. Jalur php yang bikin aku trauma sekarang tertutup kabut awan. Pendaki lain mulai bermunculan untuk mengabadikan moment. Semua sibuk selfie dan jepret sana-sini, termasuk aku. View Gunug Cikuray dan Gunung Papandayan adalah view paling keren dari Gunung Guntur. Katanya, kita termasuk beruntung karena bisa dapet view se-keren ini. Ditambah cuaca yang cerah dan gak turun hujan samasekali. Alhamdulillah.

Matahari mulai meinggi, kami mulai bertempur dengan bahan makanan yang belum sempat dimasak. Ada yang masak nasi, kornet, sarden, sedangkan aku dan Aisyah sibuk bikin bakwan. Pendaki mana lagi coba yang niat bikin bakwan diatas puncak gini. Tadinya sih mau sekalian jualan aja, pasti laku keras hihi.

Sebelum matahari tambah tinggi, aku dan beberapa orang teman melajutkan perjalanan menuju kawah Gunung Guntur yang masih aktif. Gak terlalu jauh, hanya berjalan seikitar 5 menit dari tempat kami mendirikan tenda.

*to be continued*




---

NOTES

Where
Gunung Guntur
Ketinggian: 2249 mdpl
Lokasi: Garut, Jawa Barat
Alamat: Kampung Dukuh Desa Pananjung, Kecamatan Tarogog Kaler, Kabupaten Garut

Admission Fee
Rp. 12.500,- per orang, belum termasuk penitipan helam dan parkir motor di basecamp warga

25 comments:

  1. Bismillah, semoga suatu saat bisa mendaki ke sana :)

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. Aduh malu dikomen sama momtraveler, ayo naik gunung lagi Mak hihi.

      Delete
  3. typo say, helam mungkin mksdnya helm ya. Btw, asik ya masih bisa menikmati indahnya alam, udara yg segar di tengah hiruk pikuk kota Bandung.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah iya typo saking semangatnya hihi. Iya Mak refreshing dari kepenatan Kota Bandung.

      Delete
  4. Aahhh aq gak prnh naik gunung mba tya.. takuutt..tp selalu mupeeng :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba aja Mbak naik gunung yang pendek2 dulu mdpl nya, dijamin ketagihan hehe.

      Delete
  5. Aku belum pernah naik gunung, viewnya indah ya mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo coba naik gunung Mbak, dijamin ketagihan karena liat viewnya :)

      Delete
  6. akuuu mau ke sana akhir januari, wait for me yaaaa

    ReplyDelete