Review Novel "Jalan Menuju Cinta-Mu" Rhein Fathia

Novel “Jalan Menuju Cinta-Mu” karya Rhein Fathia, tertarik pingin baca novel ini karna tweet-tweet nya Bentang Pustaka. Novel ini saya dapatkan saat event book fair di Bandung dan tinggal tersisa dua lagi diantara tumpukan novel-novel best seller. Untung gak kehabisan hehe. Oke cukup curhatnya, sekarang kita mulai review novelnya.

 
Judul : Jalan Menuju Cinta-Mu
Penulis : Rhein Fathia
Penerbit : Bunyan Bentang
Halaman : 174

Ella. Terlahir dari keluarga mampu, semua kebutuhannya serba tercukupi. Namun, kehidupannya tidak sempurna karena hubungan kedua orangtuanya yang mulai merenggang. Hanya Mbok Iyem, pembantu rumah tangga di rumah Ella yang sepertinya sangat memperhatikan Ella. Berbeda dengan Maya. Meskipun Maya hanya tinggal bersama mamanya -karena ayahnya yang sudah meninggal-, Maya tidak pernah merasakan ketidakharmonisan dalam keluarga seperti yang Ella alami. Dua orang yang bersahabat sejak kelas satu SMA ini mempunyai karakter yang berbeda. Ella yang sedikit tomboy, sangat cuek terhadap laki-laki, dan lebih suka memendam masalahnya sendiri. Ella lebih suka memandang langit. Berbeda dengan Maya yang feminine, selalu menceritakan kejadian apapun, apalagi tentang kekasihnya, Edi. Sampai-sampai membuat Ella bosan menanggapi karena Maya selalu bercerita masalah yang sama tentang kekasihnya itu.

Konflik terjadi menjelang mereka Ujian Nasional. Ella mulai frustasi dengan hubungan orangtuanya yang tidak juga membaik, semakin parah malah. Ella jadi sering tidak pulang ke rumah, nilai-nilainya menurun drastis, dan beasiswa yang akhirnya tidak Ella ambil. Munculah sosok Rama, saingan berat Ella dikelas dan sangat perhatian pada Ella. Tapi Ella selalu menanggapi perhatian Rama seperti angin lalu. Cuek, tidak peduli. Sebagai sahabat, Maya terus memberikan motivasi kepada Ella. Meskipun Ella merasa itu samasekali tidak akan mengubah keputusan orangtuanya untuk bercerai.

Pada akhirnya, orangtua Ella bercerai. Dan Ella lebih memilih untuk tidak tinggal bersama papa atau mama nya. Ella tinggal sendiri dirumah kontrakan. Meski begitu, orangtua Ella tetap mengirimi uang untuk mencukupi kebutuhan Ella. Sementara itu, Maya sangat bahagia karena mama nya bertemu dengan seorang laki-laki yang akan menjadi pengganti papa  nya. Setelah sekian lama menjadi orangtua tunggal, akhirnya Tante Evi akan menikah lagi. Malam itu, Maya meminta Ella untuk menemaninya pada pertemuan Tante Evi dengan calon suaminya itu. Dan kalian tau? Siapa calon suami Tante Evi? Dia adalah papa Ella! Papa Ella!

Sejak saat itu, masalah Ella semakin rumit. Samasekali tidak menyangka kalau calon ayah sahabatnya itu adalah papa nya sendiri, papa yang amat sayang dan dekat padanya. *kalau saya jadi Ella, bakal nangis kejer, entah mau ngapain, ngerasa hidup ini hancur sehancur-hancurnya hehe*

Menurut saya, bagian ini cukup menguras emosi. Hubungan Ella dan Maya yang merenggang, detik-detik Ujian Nasional yang tambah menegangkan karena masalah ini. Ah~ kamu harus baca sendiri novelnya supaya lebih seru hehe.

Momen Ujian Nasional berhasil Ella lewati. Masalah papa Ella yang menikah dengan Tante Evi masih belum bisa Ella terima sepenuhnya. Ella mencari tempat untuk mengadu, berkeluh kesah, mencurahkan segala masalahnya. Ella hanya berbicara pada langit, pada Tuhan.

Seiring berjalannya waktu hubungan Ella dan Maya mulai membaik. Namun, satu masalah kembali menghampiri. Maya dinodai oleh kekasihnya yang dulu amat ia cintai. Ella marah besar, Maya terpuruk. Karena membela Maya, Ella malah hampir dijadikan korban selanjutnya oleh Edi dan Hari –teman yang sejak dulu mengejar-ngejar Ella, dan Ella berkali-kali menolak-. Beruntung, Rama datang pada waktu yang tepat dan menolong Ella.

Pada akhirnya, Ella dan Maya kembali seperti dulu, dua orang sahabat yang saling menyayangi. Soal perasaan, Rama memang menyukai Ella. Tapi Ella masih merasa malu untuk mengakui kebaikan dan perhatian Rama padanya.

Hidup ini tidak akan terlepas dari masalah. Saat masalah yang satu berhasil dilalui, maka akan hadir masalah yang lain. Terus seperti itu siklusnya. Nah, dalam novel ini Rhein Fathia mengajak kita tenggelam dalam rangkaian skenario yang terjadi dalam kehidupan Ella dan Maya. Tiga pelajaran yang bisa saya ambil dari novel ini adalah: 1) Hidup adalah tentang penerimaan. Penerimaan yang tulus atas segala kehendak-Nya; 2) Sampai kapanpun, sahabat tidak akan pernah pergi dari hati, mereka akan selalu ada dalam keadaan apapun; 3) Masalah adalah alat yang dijadikan Tuhan untuk membuat hidup kita lebih kuat dan tegar :)

0 komentar:

Post a Comment