Dalam Dekapan Kematian


Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh, Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya.

"Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Umatku, umatku, umatku."

Dan berakhirlah hidup Rasulullah saw.

Kisah kematian yang paling menggetarkan bagi saya. Penghujung kehidupan yang indah sekaligus mengharukan. Manusia paling mulia yang sudah Allah jamin masuk surga saja merasakan sakit yang amat luar biasa ketika dicabut nyawanya. Lalu bagaimana dengan saya? Manusia penuh dosa yang tak punya amalan membanggakan.

Hidup adalah sebuah perjalanan panjang, tidak berhenti di perkuliahan, pernikahan, bahkan kematian. Dunia hanyalah  persinggahan sementara untuk mengumpulkan bekal terbaik menuju kehidupan akhirat yang kekal. Kita pasti pernah mendengar bukan? Ahli sholat yang meninggal dalam keadaan sujud, begitupun ahli maksiat yang meninggal dalam keadaan berzina. Kita sendirilah yang menentukan akan dalam keadaan apa saat ajal menjemput. Kematian tidaklah penting kawan, yang terpenting adalah dalam keadaan apa kita mati dan amalan apa yang akan kita bawa mati?

Kalau sudah bicara kematian, apalagi jika tau 8 hari lagi saya akan mati, rasanya sudah tidak menarik lagi dunia ini. Ingin segera bertaubat dan pulang dalam keadaan sebaik-baiknya. Teringat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, "Tidak bergeser kaki seorang hamba sehingga ia akan ditanya tentang empat perkara (yaitu): Umurnya untuk apa ia habiskan? Ilmunya untuk apa ia amalkan? Hartanya darimana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan? dan badannya untuk apa ia gunakan?"

Sungguh empat perkara yang amat berat. Kematian bukan hanya pemutus kelezatan dunia, tapi juga gerbang menuju peradilan yang sesungguhnya. Mahkamah tertinggi dengan Allah sebagai hakimnya, malaikat dan tubuh ini sebagai saksinya. Seluruh perbuatan di dunia akan dipertontonkan, aib-aib dibuka, mulut-mulut dikunci. Tidak ada yang bisa mengelak.

Maka hanya 4 hal yang akan saya lakukan jika jatah hidup di dunia tersisa 8 hari lagi yaitu:


1 | Memperbaiki Hubungan Dengan Allah

"Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya." (HR. At-Thabrani)

Begitu banyak sholat-sholat yang tak khusyuk, sholat-sholat yang hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Disamping kuantitas, saya akan memperbaiki kualitas sholat. Begitupun dengan tilawah, shaum, dzikir, dan ibadah lain yang belum maksimal. Ah rasanya 8 hari itu ingin i’tikaf saja di dalam mesjid.

2 | Memperbaiki Hubungan Dengan Manusia

Teringat kisah lelaki yang disebut-sebut Rasulullah sebagai calon penghuni surga.

"Akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni surga." Ucapan Rasulullah SAW ini serta-merta membuat riuh para sahabat yang tengah berada di mesjid. Mereka bertanya-tanya siapa gerangan sang penghuni surga itu. Apakah dia salah satu sahabat yang paling rajin shalatnya atau yang paling rajin puasanya? Atau yang paling banyak sedekahnya atau mungkin yang tak pernah absen dalam jihad?

Salah satu sahabat yang amat penasaran, yakni Abdullah bin Amr, memilih inisiatif untuk mencari tahu sendiri. Hari ketiga setelah Rasulullah mengucapkan hal yang sama, Abdullah bin Amr bermaksud mengikuti si laki-laki penghuni surga. Ia pun membuntutinya hingga tiba di rumah laki-laki itu. 

Singkat cerita, tiga hari terlewat tanpa menemukan jawaban apa pun. Bahkan, hampir saja Abdullah  meremehkan amalan si penghuni surga. Ketika izin pulang, Abdullah mengakui maksudnya untuk mencari keutamaan amalan si laki-laki itu hingga beruntung menjadi salah satu penghuni surga Allah yang disebutkan Rasulullah.

Laki-laki itu pun tersenyum dan menjawab ringan, "Aku tidak memiliki amalan, kecuali semua yang telah engkau lihat selama tiga hari ini." Jawabannya itu tak memuaskan hati Abdullah.

Namun, ketika Abdullah melangkah keluar dari rumah, laki-laki tersebut memanggilnya. Ia berkata kepada Abdullah, "Benar, amalanku hanya yang engkau lihat. Hanya saja, aku tidak pernah berbuat curang kepada seorang pun, baik kepada Muslimin ataupun selainnya. Aku juga tidak pernah iri ataupun hasad kepada seseorang atas karunia yang telah diberikan Allah kepadanya."

Dari kisah tersebut saya menyimpulkan satu hal yaitu: amalan hati.

Iri, dengki, ikhlas, sabar, memaafkan, kelapangan, semuanya adalah pekerjaan hati yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan sehari-hari. Ada saja yang membuat kita tidak suka, tidak ikhlas, tidak sabar, dan tidak bisa menerima segala ketetapan-Nya dalam menjalani hidup ini.

Maka yang akan saya lakukan adalah membersihkan diri dari segala macam penyakit hati dengan meminta maaf kepada semua orang terutama kedua orangtua dan menerima segala ketetapan-Nya dengan lapang. Membayar hutang dan melunasi janji yang belum ditepati. Agar selesai urusan dengan sesama manusia di akhirat kelak.

3 | Memperbanyak Sholawat

Sampai dipenghujung hidupnya Rasulullah menyebut umatnya. Lalu bagaimana dengan kita? Berapa banyak do’a dan sholawat yang telah dipersembahkan untuk Nabi tercinta? Saya akan memperbanyak sholawat agar kelak mendapat syafaat beliau, agar bisa bersama dengan beliau di Surga.

4 | Bersedekah

Mengapa bersedekah? Dalam surat Al-Munafiqun ayat 10 Allah swt berfirman: “Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu lalu dia berkata (menyesali), ‘Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.’”

Dalam ayat tersebut dijelaskan manusia yang menyesal dan ingin kembali ke dunia untuk bersedekah, bukan untuk bertemu dengan keluarga atau meminta yang lain. Betapa dahsyatnya keutamaan bersedekah sehingga membuat manusia ingin kembali ke dunia hanya untuk bersedekah.

--

Teringat sebuah nasehat, "Jangan tertipu dengan usia muda, karena syarat mati tidaklah harus tua. Jangan terpedaya dengan tubuh yang sehat, karena syarat mati tidaklah harus sakit." Tugas saya sekarang adalah terus memperbaiki diri agar saat tiba waktu perjumpaan dengan-Nya, diri ini dalam keadaan sebaik-baiknya. Aamiin.



5 comments:

  1. makasih mba nasehatnya bermanfaat insya Allah...
    memang kita harus banyak-banyak mengingat kematian dan mempersiapkannya
    salam kenal

    ReplyDelete
  2. Semoga kita semua bisa kembali menghadapan-Nya
    dalam keadaan khusnul khatimah. Amin

    Sukses utk GA-nya ya mbak,
    Salam Kenal

    ReplyDelete
  3. selalu touchy dgn drama kepergian Rasululloh.. Terimakasih tulisannya Mba, Melimpah berkah segala urusannya,, aamiin

    ReplyDelete