Hubungan Antara Kelas Ekonomi dan Gadget?


Semenjak mengajar privat mengaji saya bertemu dengan banyak keluarga yang kehidupan ekonominya menengah keatas. Semua terlihat dari rumahnya, pekerjaan orangtuanya, dan kegiatan anak-anaknya. Saya senang sekali memperhatikan bagaimana cara mereka memperlakukan saya sebagai guru ngaji, memperlakukan asisten rumah tangga di rumahnya, dan cara mereka menggunakkan sosial media.

Awalnya saya pikir kenapa mereka senang sekali memprivatkan anak-anaknya di berbagai bidang dan tempat? Pasti anak-anaknya sibuk dan cape banget. Salah satu murid saya ada yang les desain grafis, les bahasa jepang, les vokal, dan masih juga ikut osis dan ekskul di sekolahnya. Murid saya yang lain les piano, difasilitasi berbagai peralatan crafting di rumah, dan segudang kegiatan lain di sekolah.

Lalu saya diskusi sama suami soal fenomena ini. Karna sejak kecil saya gak pernah ikut les atau privat diluar sekolah. Paling mentok kegiatannya ikut ekskul di sekolah. Buka karna gak mau ikutan les, tapi karna gak ada biayanya.

Kalau kata suami, orang-orang kaya itu orangtuanya sibuk bekerja dan gak bisa sepenuhnya mengontrol anak-anak mereka, jadi lebih baik mereka memasukkan anak-anaknya ke tempat les biar waktunya terisi dengan kegiatan postitif. Selain itu sambil pencarian minat dan bakat anak-anak mereka. Alhasil, gadget, warnet, game online dipenuhi sama anak-anak kelas menengah kebawah karena gak ada kegiatan lagi selain sekolah.

Ternyata memasukkan anak ke beberapa tempat les bukanlah suatu hal yang negatif. Asal ada kesepakatan juga dengan anak agar anak gak ngerasa terpaksa menjalaninya. Karena di zaman gadget seperti sekarang ini sulit sekali mengontrol pergaulan anak. Daripada anak-anak sibuk sama gadget kan?

Kalau kita gak bisa menghandle anak seorang diri, sah-sah aja kok meminta bantuan orang lain. Memasukkan mereka ke tempat les dengan beragam aktivitas akan lebih baik dibanding dengan anak-anak dipegang sama kita sendiri tapi dikasih gadget dan kita orangtuanya sibuk sama gadget juga. Kalau ada budgetnya kenapa engga? Kalau gak punya budget untuk les, ya itu udah jadi tanggung jawab kita untuk mendidik anak lebih ekstra agar gak terpapar gadget.

0 komentar:

Post a Comment