Pernah tidak mengkhawatirkan sesuatu yang akan terjadi? Misalnya
khawatir saat akan menghadapi ospek sekolah, saat akan menghadapi ujian akhir
semester, saat akan menghadapi sidang tugas akhir, saat akan berbicara di depan
umum, saat akan melamar seseorang #eh melamar kerja maksudnya, saat akan
melahirkan anak, saat menghadapi masa-masa sulit, saat menghadapi persoalan
hidup lainnya.
Seringnya kata “Aduh nanti gimana ya? Bisa gak ya, mudah gak ya?”
keluar dari mulut kita begitu saja. Dibarengi dengan tekanan yang entah darimana
datangnya. Perasaan takut dan pesimis biasanya mendominasi hati dan pikiran
kita.
Ketika mendaki sebuah gunung, pasti ada kekhawatiran sebelum melakukan pendakian. Tapi begitu puncak telah satu jengkal dihadapan mata, begitu lelah terbayar dengan pesona alamnya, kita akan menyadari kalau semuanya bisa dilewati dengan baik.
Ketika mendaki sebuah gunung, pasti ada kekhawatiran sebelum melakukan pendakian. Tapi begitu puncak telah satu jengkal dihadapan mata, begitu lelah terbayar dengan pesona alamnya, kita akan menyadari kalau semuanya bisa dilewati dengan baik.
Dulu saat masa orientasi sekolah masuk SMK, saya cukup takut dan
panik. Mengingat tugas yang diberikan banyaknya se-abreg, susahnya
se-alaihim-gambreng, ditambah tekanan dari para senior, ditambah isu-isu kalau
sekolah saya itu mirip militer, ditambah sadar udah jam 10 malam saya belum
mengerjakan apa-apa saat itu, satu kata pun belum tertulis dalam buku laporan
harian siswa baru.
Cerita tujuh tahun lalu itu membuat saya sadar, kalau pada
akhirnya semua bisa dilewati dengan baik bukan?
Sama hal nya ketika pertama kali menginjakan kaki di negeri dua
benua, naik pesawat berjam-jam, bertemu dengan banyak manusia yang berbeda
bahasa dan budaya, tersesat, bertemu musim dingin yang dinginnya tak pernah terbayang sebelumnya.
Cerita dua tahun lalu itu membuat saya sadar, kalau pada akhirnya
semua bisa dilewati dengan baik bukan?
Saya juga payah dalam mata kuliah Bahasa Arab, malangnya, mata
kuliah itu wajib sampai empat semester. Artinya selama empat semester
berturut-turut saya harus menghadapi masalah yang sama. Panik setiap menjelang
ujian, mengalokasikan ekstra waktu, tenaga, dan pikiran untuk memahami mata
kuliah satu ini.
Dan itu juga membuat saya sadar, kalau pada akhirnya semua bisa
dilewati dengan baik bukan?
Satu bulan yang lalu saya
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Benar-benar belum terbayang
akan seperti apa jadinya, sambil kerja, sambil KKN, sambil menjalankan tugas/kegiatan organisasi,
sambil mengurusi urusan yang lain. Dua puluh empat jam dalam satu hari rasanya
kurang.
Lagi-lagi, setelah KKN berakhir saya pun menyadari kalau semuanya bisa dilewati dengan baik.
Begitu banyak hal yang belum selesai. Dan saya sangat sadar, nanti ketika semua urusan itu sudah selesai –aamiin- saya akan bilang “Pada akhirnya, semua bisa dilewati dengan baik bukan?”
Lagi-lagi, setelah KKN berakhir saya pun menyadari kalau semuanya bisa dilewati dengan baik.
Begitu banyak hal yang belum selesai. Dan saya sangat sadar, nanti ketika semua urusan itu sudah selesai –aamiin- saya akan bilang “Pada akhirnya, semua bisa dilewati dengan baik bukan?”
Yakinlah, suatu saat kita akan tersenyum dan lebih mudah menjalani suatu hal karena pernah melewatinya dengan baik. Lebih bijak menyikapi suatu ujian karena pernah melewatinya dengan baik.
Kuncinya jangan pernah berpikir se-praktis mungkin. Kadang kita ingin segalanya serba cepat, mudah, instan. Pada kenyataannya tidak bisa seperti itu, kan? Ikuti saja jalurnya, jangan ambil jalan memotong yang hanya akan merusak proses itu sendiri. Proses yang sudah Dia desain sebaik mungkin.
Karena kita tidak pernah tahu dari proses yang mana pelajaran itu hadir. Pada detik keberapa hikmah itu ditunjukan. Lakukan saja yang terbaik, nikmati prosesnya, dan yang paling utama adalah jangan pernah berhenti memohon bimbingan dan pertolongan-Nya. Semoga apapun yang kita lakukan menjadi nilai kebaikan dihadapan-Nya.
“Wahai Dzat Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri dengan sendiri-Nya,
dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah urusanku seluruhnya dan
jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata.” -Dikutip
dari hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra dari Rasulullah saw kepada
Fatimah ra.
--
Tulisan lama; disunting pada 1 November 2016,
Mahasiswa tingkat akhir yang sedang berjuang.
Semangat Mbak Tiaaa.... Semoga tingkat akhirnya bisa dilalui dengan baik. Benar banget,pada akhirnya semua bisa dilewati. Pas di awal mah kelihatannya sulit, berliku, banyak banget, tapi kalau dijalani satu per satu sambil dinikmati, gak terasa kita udah finish.
ReplyDeleteAhhh makasih Sofi :* Aamiin insya Allah semua pasti bisa dilewati ya.
Delete