Sebenarnya siapa yang membuat kita kecewa?
Diri kita sendiri.
Kita tidak akan pernah kecewa jika kita selalu mengendalikan harapan. Mau secanggih apapun orang lain memupuk pesonanya, menimbun perhatiannya, kalau kita sempurna mengendalikan hati, no problem at all.
Duh, Ti.. daritadi nulisnya yang berhubungan sama hati dan perasaan muluk.
Lagi galau ya? I’m fine, aku baik-baik saja kok. Tulisan ini aku dedikasikan
untuk siapa saja yang sedang merasakan kecewa.
Kecewa berkaitan erat dengan harapan. Semakin tinggi harapan, semakin tinggi pula rasa kecewa. Kalau gitu, kita gak boleh bercita-cita tinggi? Berharap dan bercita-cita bagiku berbeda samasekali. Berharap berarti bergantung, memaksakan sesuatu harus terjadi, harus sesuai dengan kehendak hati. Sedangkan bercita-cita tidak memaksakan sesuatu harus terjadi, tidak juga harus sesuai dengan kehendak hati. Bercita-cita cenderung menyerahkan hasil pada Allah karena yang terpenting adalah proses untuk mencapai itu semua. Jadi, udah tau kan bedanya berharap dan bercita-cita?
Kenapa kita bisa begitu kecewa? Karena tadi, kita memaksakan sesuatu harus terjadi, harus sesuai dengan kehendak hati. Padahal nyatanya tidak harus selalu seperti itu. Kecewa juga bisa disebabkan karena kita terlalu berharap pada manusia. Sedangkan kita semua tahu, hati manusia hanya Allah yang bisa bolak-balikan. Jadi tidak tepat berharap pada manusia, karena hati dan pikiran manusia bisa kapan saja berubah. Semakin sering berharap sama manusia, semakin sering kecewanya.
"Berharap mah sama Allah aja."
Bicara sih gampang, faktanya? Mengendalikan hati tidak semudah avatar mengendalikan air dan api. Latihan terus, berlian yang mahal tidak terbentuk dari proses yang biasa-biasa saja. Pemain bola yang handal tidak terbentuk dari latihan yang biasa-biasa saja. Begitu pula dengan hati.
Sebagai manusia, aku juga pernah merasakan kecewa. Muka ditekuk, orang lain kena semprot, mau ini itu jadi serba salah. Setelah aku pikir-pikir jadi lebih banyak negatifnya. Kasian kan orang lain yang tidak salah apa-apa jadi kena getahnya. Selain merugikan diri sendiri, rugi waktu, tenaga dan pikiran, merugikan orang lain juga.
Pekerjaan hati sangat banyak. Ikhlas, syukur, kecewa, cinta, sedih, bahagia, marah, semuanya adalah pekerjaan hati yang tak bisa kita hindari setiap harinya. Latihlah ia sebelum mengeras, sebelum noda menghijabnya hingga tak bisa lagi terima kebaikan.
aku suka bagian ini..."Mengendalikan hati tidak semudah avatar mengendalikan air dan api", :)
ReplyDeletesaya pernah mengalami kecewa karena terlalu berharap sama sosok yang bernama manusia, padahal tak boleh seperti itu ya, coba kalo saya berharapnya sama Allah pasti tidak akan kecewa seperti itu
ReplyDelete